Monday, December 9, 2013

Cerita Sentimentil

Oke, hari ini aku punya cerita sentimentil. Sentimentil ala saya tentunya...

Jadi tadi siang aku ngajak Oka ke Janti buat ngambil STNK, lalu sebelum berangkat kami sepakat buat nengok keluarga Bee di Gamping. Oke berangkat!

Singkat kata, STNK yang konon bisa jadi dalam 21 hari itu ternyata cuma STNK sementara berisi berkas pelunasan pajak, surat ajaib ini berlaku 6 bulan hingga STNK jagoan alias versi permanennya jadi. Memang katanya sekarang ini ngurus STNK harus nunggu 6 bulan sejak kasusnya Pak Djoko Susilo (kemana aja mas?).
Oke deh, jadi bulan lalu aku dan kakakku dan adikku berkendara dengan surat sementara bernama STCK, dan sekarang setelah mobilnya nyampe rumah, surat yang akan kubawa ke rumah ini pun juga surat sementara yang gunanya buat nunggu surat permanen! Beneer-bener surat ajaib, mirip oper-operan tongkat waktu lomba lari estafet!

Skip aja laah.. Kelamaan mah soal STNK ini. Gimana gak kelamaan? 6 bulan coy..! Bahkan kata neng Oci (yang ngehandel sejak awal pembelian) ada yang beli mobil bulan April, hari ini belum jadi pula STNKnya.
Pokoknya soal STNK ini aku anggap hadiah undian aja lah.. Saking lamanya :P :P :P

Jadi kami, aku dan Oka berada di Gamping, menuju sebuah tanah lapang dekat pasar, tempat di mana satu minggu lalu kami meninggalkan Bee, Bobby si sulung dan si Romlah adeknya Bobby di sini. Istilah kasarnya kami membuang sekeluarga kucing yang imut dan tanpa dosa itu di sini. Kejam ya? Memang! Kami terpaksa (dengan berlinangan air mata, hiks hiks prett) membuang mereka karena keluarga bapak kos maunya kucing-kucing innocent ini sesegera mungkin pindah dari rumah... Coba dari dulu beliau bilang bahwa anaknya hamil dan alergi kucing, pasti kami tak akan jadi makhluk bengis yang jadi pelaku penelantaran kayak gini... Hiks hiks hiks.... Jrooot..
Ya ya ya, flashbacknya udahan dulu. Sekarang ada keluarga kucing yang harus kami tengok!

Kami tolah-toleh kiri-kanan selagi di atas motor dan melintasi pasar. Ada kucing jelek seukuran Bee berdiri di pinggir pasar (sebenernya entah berdiri atau merangkak?), tapi itu bukan Bee. Warnanya beda dan tidak pakai kalung, mukanya pun beda (kalo Bee kan cantik kayak model meskipun cuma kucing kampung).

Kami sampai di tanah lapang, lihat kiri kanan, tetap tak ada kucing. Kami memanggil-manggil.. "Bee! Bee! Bee!" tetap tak ada kucing mendekat. Lalu kami mendekati titik di mana kami meninggalkan keluarga malang ini dengan kardus dan seplastik makanan kering. Tidak ada suara apa-apa. Lalu Oka berseru girang karena dia melihat Romlah di dekat bangunan kecil.
Ya, memang Romlah! Tapi dia tambah kurus dan sendirian! Dia berbunyi-bunyi seperti kucing kelaparan minta makan.. Di mana induknya dan abangnya? Harusnya saat mencium bau badan kami, Bee dan Bobby akan berbondong-bondong menyambut kami (berbondong-bondong kayak apa aja...:P)..
Tapi yang lebih tragis selain badannya yang kurus, suaranya serak-serak kering.... Mirip orang yang kena flu akut plus batuk! Mungkin dia kehabisan suara karena terlalu banyak meong-meong!

Aku mendekati lalu memegangnya, dia terus berputar-putar sambil berbunyi-bunyi. Aku dan Oka masih toleh kiri-kanan siapa tau Bee dan si sulung Bobby ada di sekitar itu, sambil panggil-panggil, tetap tak ada tanda-tanda. Oh malangnya, si imut ini sendirian. Aku seketika mbayangin misalnya aku adalah bayi berumur 2 tahun (anggaplah segitu skalanya untuk anak kucing berumur 2.5 bulan) dilepas ke hutan bareng ama ibuku dan kakak sulungku, lalu tiba-tiba aku sendirian, entah kemana ibu dan kakakku. Aku hampir menangis, crooott!! Lalu si Oka berinisiatif membelikan makanan di warung depan.

Romlah terus berputar-putar gelisah. Dia memanjati kaki dan pahaku yang sedang jongkok, lalu turun, naik ke dipan kecil di depan bangunan tua lalu kemudian melompat ke pundakku lalu turun dan menggesek-gesekkan badannya di kakiku. Sungguh seperti seorang balita berumur dua tahun yang mengadu kepada bapaknya bahwa ibunya hilang....
Oka datang dengan sebungkus nasi dan ikan, makanan kesukaan mereka dulu.. Tapi Romlah sama sekali tak tertarik..
Terpaksa kami merayu-rayu dia dulu, digendong-gendong sebentar, dilepas, digendong lagi, dielus-elus, hingga akhirnya senanglah kami saat dia turun dari pangkuanku dan memakan makanannya meskipun sedikit.

Kami belum tega meninggalkan anak kucing yang setengah lapar itu sendirian. Maksud hati menjenguk sekeluarga, eh tinggal seekor. Mungkin beberapa saat atau hari sebelumnya seorang ibu-ibu yang tinggal dekat pasar menemukan Bobby dan si induk lalu membawa mereka pulang untuk dipiara. Maklum, Bobby kan kucing ganteng dan menggemaskan, sekalian ibunya diajak, mungkin. Mungkin saat itu Romlah sedang bermain sendirian, seperti biasanya, jadi yang ditemukan oleh si ibu sebelah pasar hanya dua ekor kucing, induk dan si sulung. Ya, mungkin.

Romlah akhirnya mau mengatur posisi untuk tidur di belakang tempatku duduk. Baru memejamkan mata sebentar, mendengar Oka bergerak berdiri, dia bangun. Dielus sedikit, dia tidur lagi. Lalu setelah berkurang tindak-tanduknya yang gelisah, kami pergi tanpa menoleh lagi.

Pokoknya selemat tinggal Romlah...!
Doakan kami ada kesempatan buat menjengukmu lagi..
Dalam hati aku hanya memohon padaNya agar diampuni dosaku yang telah menelantarkan makhluk mungil ini...