Monday, April 21, 2014

Bahaya

Setelah bertahun-tahun bergaul dengan kebiasaan pikiran dan perbuatanku, aku sadar bahwa bukan hanya aku tak suka mengobrol, tapi aku memang tak tau caranya mengobrol.
Awalnya aku kira aku adalah pendengar yang baik yang akan jadi dewa penolong bagi mereka yang suka bicara, tapi ternyata aku salah!. Aku bukan orang yang lihai menyimpan sikap hati. Kalau memang tak berkenan, aku memang lebih suka beranjak. Aku memang pendengar yang baik, untuk sahabat-sahabat dan keluarga, dan untuk kalimat-kalimat sakral (benarkah begitu?, atau ini cuma pendapat pribadi?, tentu saja, karena aku tak perlu pendapat resmi!)

Akupun ternyata bukan orang yang ramah dan gemar bersedekah senyum. Lalu siapa yang dilihat oleh orang-orang dalam tujuh tahun belakangan ini? Bukankah itu aku, bukankah itu sikapku, bukankah itu benar-benar karakter yang dikenal pada diriku?
Berarti aku sudah membuktikan bahwa karakter bisa dilatih! Bisa dipaksakan!
Nyatanya sekarang tiba-tiba saja aku tidak suka memberi senyum dengan mudah, tidak murah hati untuk menyapa duluan, dan tentunya TIDAK SUKA BERCAKAP-CAKAP, mulai yang basa-basi hingga masalah-masalah serius mengenai negeri tercinta. Aku melakukannya dengan sadar, tanpa ada kewajiban untuk meralatnya.
Serius, bunuh saja aku daripada mengajakku bicara soal pemerintahan, bicara soal hukum, bicara soal kebijakan negara, atau jangan bunuh aku tapi jangan temui aku lagi untuk ngobrol!

Oke, jadi, ternyata skillku dalam hal ngobrol sangat minim! Dan ini bahaya sekali, karena dengan mudahnya aku akan terbawa sebuah arus yang mulai langka yang disebut dengan menjaga ucapan.
Apakah aku akan jadi makhluk langka?
Tentu tidak, kan sudah kubilang bahwa aku tak begitu suka mainstream!

Baiklah, orang-orang sibuk sekali dengan berbagai ilmu untuk mendekati dan mempengaruhi orang lain, mengenali alam, mengenali hewan, mengenali tuhan, sementara aku merasa seumur hidup inisulit sekali mengenali diriku.
Yah, begitulah. Sudah kubilang kan, aku tidak begitu suka mainstream?

Monday, April 14, 2014

Elegi Kejenuhan

Aku sudah mulai tau bahwa segala hal yang selama ini kupakai mulai doesn't fit my body, doesn't fit my soul either.
Entah aku yang berubah (seperti misalnya tumbuh besar, padahal aku bukan remaja), atau dunia yang berubah dan meninggalkanku yang diam?

Sebenarnya aku memang sudah diam selama beberapa bulan. Aku memilih untuk tidak ikut-ikutan beredar seperti how things are going each morning. Ya memang. Aku seperti melihat apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kukenal di sekitarku menjadi hal-hal yang tidak relevan dengan dunia seutuhnya. Mereka terus melakukan hal yang sama meskipun ada beberapa dinamika. Dan itu membuatku bosan! Yang mereka lakukan memang tidak ada hubungannya dengan hari esok yang akan datang padaku, tapi namanya juga bosan.

Aku juga bosan melihat kenyataan bahwa untuk memenuhi rasa lapar, orang pergi ke warung atau pergi memasak di dapur. Ah, kenapa tak ada cara baru? Begitu-begitu terus, dan aku yakin itu sudah terjadi selama berabad-abad atau malah ribuan tahun, karena jaman orangtuaku pun pasti juga begitu.

Lalu aku melihat orang-orang mulai mengejar prestasi alamiah, atau mengejar dunia, dan itu jelas sekali. Aku dulu juga melakukannya (sampai sekarang pastinya), tapi cobalah kalian pikir. Kalian mengejar harta, tapi suatu ketika kalian akan bosan karena harta memang bentuknya begitu-begitu saja, sifatnya juga begitu-begitu saja. Oke, kalian mengejar uang saja karena uang sifatnya lebih lunak, sekarang perlu sekarang berbentuk. Tapi ini juga omong kosong. Aku juga sudah bertahun-tahun menyimpan uang, tapi uang memang tidak bertambah, soalnya kita harus mengalah pada keterpaksaan untuk merelakan uang yang berkorban pergi demi memanggil makanan, memanggil pulsa telepon, memanggil tempat tinggal dan pakaian yang bagus, lalu bagaimana?

Mengapa kita harus mengalah pada uang?
Mengapa kita harus berpura-pura butuh pakaian dengan warna tertentu, bahan tertentu, atau harus punya telepon?
Kenapa aku tidak melihat ada orang yang berbeda dari lainnya dalam hal ini?
Aku ingin tampil beda, tidak mengikuti hal-hal bodoh ini, tapi tetap harus ada yang kuikuti, karena aku tak cukup jenius!

Oke, memang harus ada pembaruan konsepsi soal ini, harus!
Tapi aku tidak yakin bisa merumuskannya...
Ya iya lah, kalau hal semacam ini bisa kuselesaikan, pasti aku tidak sedang berada di sini. Aku pasti berada di belahan bumi yang lain!

Persepsi Waktu

Mungkin waktu memang hanya persepsi.
Aku sudah sering membaca kisah-kisah masa lalu dan kisah masa depan yang menyebut soal relativitas satuan waktu.

Dua hari ini aku hanya tiduran karena badanku memang meminta diperlakukan begitu.
Dan siang ini, waktu seperti berhenti pada jam 1 siang, cukup lama. Waktu terus memanggil-manggil agar aku segera mengambil hasil cetak foto lalu menyerahkannya ke bagian BAK sebelum jam 2 siang. Terus begitu...!
Sampai saatnya aku menyerah dan kukatakan "besok saja", dan akhirnya kudengar lolongan azan Ashar alias waktu sudah merdeka dan mencapai jam 3!.

Aku mencoba-coba beberapa track lagu baru yang belum pernah kudengar sebelumnya, dan masak iya lagu dengan tempo tak teratur begini sudah dipublish? Ketukannya tiba-tiba melambat dan di bagian lain malah seperti dipacu karena kehabisan waktu, apa-apaan ini?

Aku capek sendiri. Kembali ke rutinitas, dan baru aku tau ternyata di lagu-lagu lain yang sudah kukenal juga terjadi hal yang sama. Tiba-tiba ketukannya dipercepat!

Baguslah! Kalau memang ada yang bisa menemukan "celah" soal persepsi waktu ini. Tapi aku pastinya cuma berhalusinasi karena kondisi badanku yang sedang aneh!
Andai benar aku bisa merayapi waktu, aku akan melakukan persiapan sehari untuk kemudian melakukan hal-hal yang tak akan kuceritakan pada orang lain!

Monday, December 9, 2013

Cerita Sentimentil

Oke, hari ini aku punya cerita sentimentil. Sentimentil ala saya tentunya...

Jadi tadi siang aku ngajak Oka ke Janti buat ngambil STNK, lalu sebelum berangkat kami sepakat buat nengok keluarga Bee di Gamping. Oke berangkat!

Singkat kata, STNK yang konon bisa jadi dalam 21 hari itu ternyata cuma STNK sementara berisi berkas pelunasan pajak, surat ajaib ini berlaku 6 bulan hingga STNK jagoan alias versi permanennya jadi. Memang katanya sekarang ini ngurus STNK harus nunggu 6 bulan sejak kasusnya Pak Djoko Susilo (kemana aja mas?).
Oke deh, jadi bulan lalu aku dan kakakku dan adikku berkendara dengan surat sementara bernama STCK, dan sekarang setelah mobilnya nyampe rumah, surat yang akan kubawa ke rumah ini pun juga surat sementara yang gunanya buat nunggu surat permanen! Beneer-bener surat ajaib, mirip oper-operan tongkat waktu lomba lari estafet!

Skip aja laah.. Kelamaan mah soal STNK ini. Gimana gak kelamaan? 6 bulan coy..! Bahkan kata neng Oci (yang ngehandel sejak awal pembelian) ada yang beli mobil bulan April, hari ini belum jadi pula STNKnya.
Pokoknya soal STNK ini aku anggap hadiah undian aja lah.. Saking lamanya :P :P :P

Jadi kami, aku dan Oka berada di Gamping, menuju sebuah tanah lapang dekat pasar, tempat di mana satu minggu lalu kami meninggalkan Bee, Bobby si sulung dan si Romlah adeknya Bobby di sini. Istilah kasarnya kami membuang sekeluarga kucing yang imut dan tanpa dosa itu di sini. Kejam ya? Memang! Kami terpaksa (dengan berlinangan air mata, hiks hiks prett) membuang mereka karena keluarga bapak kos maunya kucing-kucing innocent ini sesegera mungkin pindah dari rumah... Coba dari dulu beliau bilang bahwa anaknya hamil dan alergi kucing, pasti kami tak akan jadi makhluk bengis yang jadi pelaku penelantaran kayak gini... Hiks hiks hiks.... Jrooot..
Ya ya ya, flashbacknya udahan dulu. Sekarang ada keluarga kucing yang harus kami tengok!

Kami tolah-toleh kiri-kanan selagi di atas motor dan melintasi pasar. Ada kucing jelek seukuran Bee berdiri di pinggir pasar (sebenernya entah berdiri atau merangkak?), tapi itu bukan Bee. Warnanya beda dan tidak pakai kalung, mukanya pun beda (kalo Bee kan cantik kayak model meskipun cuma kucing kampung).

Kami sampai di tanah lapang, lihat kiri kanan, tetap tak ada kucing. Kami memanggil-manggil.. "Bee! Bee! Bee!" tetap tak ada kucing mendekat. Lalu kami mendekati titik di mana kami meninggalkan keluarga malang ini dengan kardus dan seplastik makanan kering. Tidak ada suara apa-apa. Lalu Oka berseru girang karena dia melihat Romlah di dekat bangunan kecil.
Ya, memang Romlah! Tapi dia tambah kurus dan sendirian! Dia berbunyi-bunyi seperti kucing kelaparan minta makan.. Di mana induknya dan abangnya? Harusnya saat mencium bau badan kami, Bee dan Bobby akan berbondong-bondong menyambut kami (berbondong-bondong kayak apa aja...:P)..
Tapi yang lebih tragis selain badannya yang kurus, suaranya serak-serak kering.... Mirip orang yang kena flu akut plus batuk! Mungkin dia kehabisan suara karena terlalu banyak meong-meong!

Aku mendekati lalu memegangnya, dia terus berputar-putar sambil berbunyi-bunyi. Aku dan Oka masih toleh kiri-kanan siapa tau Bee dan si sulung Bobby ada di sekitar itu, sambil panggil-panggil, tetap tak ada tanda-tanda. Oh malangnya, si imut ini sendirian. Aku seketika mbayangin misalnya aku adalah bayi berumur 2 tahun (anggaplah segitu skalanya untuk anak kucing berumur 2.5 bulan) dilepas ke hutan bareng ama ibuku dan kakak sulungku, lalu tiba-tiba aku sendirian, entah kemana ibu dan kakakku. Aku hampir menangis, crooott!! Lalu si Oka berinisiatif membelikan makanan di warung depan.

Romlah terus berputar-putar gelisah. Dia memanjati kaki dan pahaku yang sedang jongkok, lalu turun, naik ke dipan kecil di depan bangunan tua lalu kemudian melompat ke pundakku lalu turun dan menggesek-gesekkan badannya di kakiku. Sungguh seperti seorang balita berumur dua tahun yang mengadu kepada bapaknya bahwa ibunya hilang....
Oka datang dengan sebungkus nasi dan ikan, makanan kesukaan mereka dulu.. Tapi Romlah sama sekali tak tertarik..
Terpaksa kami merayu-rayu dia dulu, digendong-gendong sebentar, dilepas, digendong lagi, dielus-elus, hingga akhirnya senanglah kami saat dia turun dari pangkuanku dan memakan makanannya meskipun sedikit.

Kami belum tega meninggalkan anak kucing yang setengah lapar itu sendirian. Maksud hati menjenguk sekeluarga, eh tinggal seekor. Mungkin beberapa saat atau hari sebelumnya seorang ibu-ibu yang tinggal dekat pasar menemukan Bobby dan si induk lalu membawa mereka pulang untuk dipiara. Maklum, Bobby kan kucing ganteng dan menggemaskan, sekalian ibunya diajak, mungkin. Mungkin saat itu Romlah sedang bermain sendirian, seperti biasanya, jadi yang ditemukan oleh si ibu sebelah pasar hanya dua ekor kucing, induk dan si sulung. Ya, mungkin.

Romlah akhirnya mau mengatur posisi untuk tidur di belakang tempatku duduk. Baru memejamkan mata sebentar, mendengar Oka bergerak berdiri, dia bangun. Dielus sedikit, dia tidur lagi. Lalu setelah berkurang tindak-tanduknya yang gelisah, kami pergi tanpa menoleh lagi.

Pokoknya selemat tinggal Romlah...!
Doakan kami ada kesempatan buat menjengukmu lagi..
Dalam hati aku hanya memohon padaNya agar diampuni dosaku yang telah menelantarkan makhluk mungil ini...

Wednesday, July 17, 2013

Cerita Misterius

Aku punya cerita [sok] misterius nih..
Entah kebetulan atau enggak, tapi tetep rasanya agak aneh..

Suatu malem, abis maghrib aku beli maem, setelah itu pulangnya mampir mini market, beli cemilan ini-itu.
Balik ke tempat lalu ngemil, sampe cemilan habis.
Seorang teman ngasih lagi beberapa cemilan (berhubung nggak ada orang lain). Tak embat lah, tapi nggak abis. Kekenyangan!

Aku mikir-mikir, emang perut udah penuh mau diapain lagi. Mungkin ini makanan-makanan yang masih ada perlu dibuang atau dikasih ke orang lain aja...
Nggak pake lama, makanan diserbu tikus, diembat ke pinggiran terus dibrakoti... Masih ada sisanya sih.. Tapi yaaa gitu deehh :P

***
Udah beberapa hari terjadi, setiap mandi, pas waktunya pake sabun, aku baru inget kalo sabunnya udah kecil bangettt!
Hari itu aku mikir.. Ini mungkin harus langsung dibuang supaya ntar aku inget buat ngambil sabun baru di kamar..
Nah, sorenya, mau mandi masih tetep lupa ngambil sabun.. Untungnya belum mulai mandi. Nah, itu sabun yang tinggal tipis banget tau-tau ilang kemana gitu, nggak ada bekasnya..

***
Tadi sore aku baca status temen cewek (baru tak add kemarin karena dikenalin temen, buat nambah2 stok calon, hehe).
Jadi statusnya tuh kurang lebih gini: muslimah yang baik tuh enggak mengumbar wajah di facebook, lha facebook isinya kan rata2 bukan mahrom..

Aku langsung membenarkan. Kenapa juga ya nggak pernah kepikiran gitu.
Abis itu aku mikir-mikir... Kira-kira perlu nggak ya, aku ganti poto profil yang bukan wajah asli, yaa mungkin gambar kucing kek, atau apa kek, trus foto2 lama ntar aja diurusin..

Eehhh, abis maem ke burjo bentar, ngecek profil buat ngliat jumlah temen (tadi ada notifikasi pertemanan diapprove), tau2 foto profil udah ilang aja.. Siapa juga yang ngeremove...??

Bener-bener aneh..
Masak iya aku dibantu ama "yang nggak terlihat" gara-gara ngebaca niat di dalam hati :P

Jangan-jangan begitu niatku buat merit udah bulet, tau-tau ntar ada pesta dan prosesi ijab kabul trus akunya tinggal dateng setor badan lagi, heheheh..

IMPOSSIBRRUU!!

Wednesday, June 12, 2013

Akan kujumpai ramadhan dengan bekal yang cukup. Akan kutemui ibuku dengan rindu yang kupupuk dengan cinta. Akan kuziarahi ayahku dengan hormat, cinta, dan kesyahduan. Lalu akan ku lamar bungaku yang sedang mekar, dengan cinta, niat yang lurus, dan cita-cita yang seputih salju. Insyaa-allah..

Tuesday, April 23, 2013

Suatu waktu

Suatu waktu dini hari, aku terbangun dengan penuh haru, menyadari betapa dekat aku denganNya, seolah-olah aku benar-benar berada dalam pelukanNya, dibangunkan dengan lembut untuk merasakan puncak dekapan pada sepertiga malam yang terakhir. Terimakasih tuhanku..

Friday, March 29, 2013

Menjelang Rebah

menjelang rebah beralas tikar
kusadari banyaknya senang gembira yang kudapat
sejenak ingin kuhitung mereka
tapi tidak..!
seberapa banyak jumlah yang kukumpulkan
tidak membuatku istimewa
semua hanya akan membuktikan kemurahan hatimu
s a j a

saat terbengong atau tertawa cekikikan..
aku tak akan lupa banyaknya kenyataan menyebalkan!
amarah membuatku ingin membanting mereka
dalam kepingan
lalu mengorek semuanya
kekecewaan yang hampir menjadi tuan rumah
tapi tidak..!
seberapa banyaknya mereka
tak akan mengubahku jadi pembencimu
mereka adalah hadiahmu
mereka bagai kulit ari
tidak, bukan!
mereka bagian dari pakaianku!

mungkin saja aku ingin mengumpulkan semua kesenangan-kesenangan
keindahan-keindahan
kesempatan-kesempatan
kenikmatan-kenikmatan
tapi aku tau
aku tak akan selesai hingga nyawaku terlepas
mungkin aku malah mati tenggelam dalam hitunganku sendiri

pun saat muncul keinginan
menguliti kesedihan demi kesedihan
kekecewaan-kekecewaan
dan harapan-harapan kosong!
ya, sahabat-sahabatku itu..
tapi jangan-jangan mereka akan menguburku
dengan jumlahnya yang tak terhitung!
tak mungkin selesai kucantumkan jumlahnya
dalam buku
dalam kertas
dan dalam hati saja

ah.. baiklah aku menyerah!
dewi kesenangan dan dewa kesedihan
mereka memang saudara saudari seayah
yang berbeda raut muka dan jenis kelamin
tapi mereka berjalan bersisian!
mereka bergandengan tangan mengantarku menuju setiap senja
menemaniku berlari-lari kecil,
bermain layangan,
atau melintasi alam,
lalu membacakan dongeng atau lelucon
hingga aku terbang terlelap
benar-benar rebah!
menuju keabadian yang tertunda

Yogyakarta di penghujung Maret 2013

Kebebasanmu?

Melihat alam sekitar
Mendengar suara hati
Membayangkan aura manusia bertebaran
Dan membaui aroma kefanaan,
Sungguh menakjubkan!

Menebarkan sukma
Merasakan keindahan tersembunyi
di kegelapan
Dan menyatu dengan udara
Sungguh membirukan!

Kau tak perlu lagi menjadi manusia super
Untuk membaca hati
Mendengar pikiran
Menerawang hari esok,
dua jam akan datang,
atau lima menit di muka

Merasakan sendi-sendi tulangmu sendiri
Menyadari tengkorakmu mengeras
pada ketika tertentu
Dan jantungmu cuti tanpa administrasi
untuk selamanya

Kau adalah manusia bebas!
Sebebas semua kemungkinan yang dapat berlaku
padamu
Pada jasadmu
Pada jiwamu
Pikiranmu
Kenanganmu
Angan-anganmu
Obsesimu!

Jauh, sejauh yang dapat kau terawang
empat puluh lima derajat di depan wajahmu
Dan beberapa satuan panjang lagi
Yang tak dapat dikejar
oleh bola matamu

Sebebas lalat yang tak mudah kau pegang
Selincah ikan lele yang tak mudah kau cubit
Atau angin yang ingin kau tangkap
Kau adalah kau,
yang kau inginkan
Bebas, lepas, ke arah yang kau pikirkan
Ke dimensi yang kau tuju
Ke lapisan langit yang pernah kau terka lattitudenya

Kau mendefinisikan dirimu,
wujudmu,
maknamu,
semangatmu
Terserah kau!

Yogyakarta, Maret 2013

Thursday, March 28, 2013

Salam Rindu

malam temaram
sinar bulan turun lewat jendela
menggantikan lampu sintetis
aku terbangun, kau mungkin terbangun
aku mengingat, kau mungkin berdoa
aku merindu, kau lebih rindu
aku tau!

saat fajar bergelayut di timur
orang-orang bergerak menyusul matahari yang memanjati horison
mencari isi dunia, mengumpulkan arti
menggali rasa lelah, lagi, dan lagi

sementara aku selalu mencari sosokmu
pada wanita-wanita yang menjajakan dagangan di pinggir jalanan
pada ibu-ibu tua yang memanggul karung beras di pasar
pada wanita paruh baya yang meracik makanan di warungnya
pada perempuan muda yang direngeki putri kecilnya di sebelah penjual makanan kecil
di samping jalan, dekat sekolah

sedangkan
orang-orang yang lupa
orang-orang yang menjadi diri mereka sendiri

bolehkah mereka menghitung rasa lelahmu,
gumpalan bebanmu,
endapan khawatirmu,
dan cicilan harapan yang kau kumpulkan
untukku yang kini meninggalkanmu
dengan bekal kalimat restumu?

bolehkah mereka mengganti rasa takut,
cemas,
rentan,
lapar
yang dulu kau hapuskan
dari mereka?

cukupkah mereka mengingatmu
pada hari tertentu di akhir tahun masehi
untuk menghormatimu, seperti kata mereka?

sedangkan aku
andai kuraih kesempatanku
jika tak kenal aral dan kewajiban
ingin rasanya kucium tanganmu setiap pagi dan petang
kucicipi dan habiskan masakan cintamu
bersamamu dan saudara-saudariku
kucium wajahmu dengan penuh cinta, hormat, khidmat
kupenuhi semua janjiku untukmu

puluhan dan ratusan senja berganti
yang kulakukan hanya menapaki jejak pengorbananmu,
cintamu,
harapmu,
yang kumiliki hanya sosokmu dalam kertas,
suaramu yang tak selalu dapat kudengar
dan doamu yang terus kau panjatkan untukku
tangismu yang selalu kuingat
meski semua ini bagian dari kefanaan
hal yang menakjubkan jika semuanya menempel bersamaku
bersama nafasku
jiwaku
hingga kefanaanku selesai!

ibunda
untaian sejak yang mungkin indah,
mungkin buruk,
kutulis untukmu
hanya untuk menyampaikan kalimat istimewa, untukmu
salam rindu, dan bakti.

Yogyakarta, Maret 2013


Wednesday, March 13, 2013

Sebuah Alasan

Wahai kau yang sering menatapku..
Aku tak pernah benar-benar memahami dirimu
Sebenarnya, apa kau juga terbuat dari tanah lalu air mani dan ovum?
Apa kau juga makan nasi dan punya suhu yang tinggi?

Baiklah
Mungkin banyak kesamaan antara kau, dirimu, diriku, dan aku
Tapi masih ada yang membuatku tetap gagal paham
Mengapa kau menginginkanku?

Apa kau mencintai jasadku?
Jasadku akan terurai pada salah satu unsur alam
dan tak tersisa

Apa kau mengagumi keterampilanku?
Tidak ada keterampilanku yang tidak melibatkan anggota jasmaniku

Apa kau jatuh cinta karena oleh siapa dan untuk apa aku dilahirkan?
Oke. Dilahirkan secara istimewa, dan juga akan tetap terurai

Apa kau menyukai sifat dan watakku?
Yang tidak melibatkan jasad?
Oke, sedikit masuk akal.
Mungkin mereka tidak ikut terurai, dan akan kekal entah di firdaus atau jahanam atau tempat yang lain
Tapi, benarkah kau mengharapkan akan hari-hari yang jauh mendatang pada keadaanku yang terkini?

Maafkan aku yang dipenuhi rasa ingin tahu
Tapi sejujurnya, kita memang tidak jauh berbeda dalam hal material dan tingkah laku
Dan aku tidak punya cukup minat pada apapun dan siapapun
yang tidak akan berlangsung selamanya

Apa ini jawaban yang masuk ke dalam daftar kemungkinan
di buku harianmu?
Baiklah, selamat!
Kau baru saja menghadapi kenyataan.

Kenyataan.

Yogyakarta, Maret 2013


Monday, March 11, 2013

Bukan Sajak, Bukan Kejelasan!

Orang ingin terbang ke langit biru, kebebasan..
Langit? Biru?
Siapa yang bilang langit berwarna biru?
Dia hanyalah refleksi ketakmampuan indra manusia menatap ketakterhinggaan
Siapa yang bilang langit adalah hamparan ketinggian?
Dia hanyalah kekosongan angkasa!
Lalu orang-orang ingin terbang mengejar kekosongan?




Orang ingin sendiri untuk menyepi, lari dari kesebalan
Siapa yang bilang dengan bersendiri kau akan mendapatkan sepi?
Dengan bersendiri, orang asing akan menyapa atau mengganggumu
Dengan bersendiri, binatang-binatang yang tidak tidak mengenal diet akan memangsamu
Dengan bersendiri, orang-orang akan mengiramu melupakan dirimu atau tertinggal sanak kadang
Dengan bersendiri, mereka yang tak terlihat akan tergoda untuk mengusilimu
Lalu orang-orang ingin lari dari hal-hal menyebalkan, tapi lalu ingin diganggu?

Orang ingin keliling dunia, mengagumi ciptaan tuhan
Keliling dunia untuk menjelajahi tempat-tempat baru
Keliling dunia untuk menaklukkan rasa penasaran
Keliling dunia untuk membuktikan sesuatu
Benarkah?
Berapa tempat yang bisa kau singgahi, dalam setahun?
Berapa gunung yang bisa kau daki, dalam setahun?
Berapa tebing yang sanggup kau hinggapi, dalam setahun?
Berapa jumlah kerabatmu?
Berapa banyak hal-hal yang disukai ibumu?
Berapa banyak hal yang diinginkan adikmu?
Sebenarnya dengan berkata tidak, kau telah menjadi asing terhadap sekelilingmu
Dan pada akhirnya, kau menjadi asing dengan dirimu sendiri
Lalu kau hendak meninggalkan dirimu sendiri?

Orang ingin melakukan hal-hal hebat di dunia, dan dikenang
Ya, masuk akal
Hal hebat seperti apa?
Menaklukkan kawanan serigala?
Menyeberangi gurun?
Membangun rumah di atas awan?
Menciptakan musik air murni?
Bepergian ke Venus?
Menjelajahi dunia kerak bumi?
Benar-benar hal-hal hebat!
Aku ada ide menarik..
Bagaimana kalau menaklukkan ego dan ambisimu sendiri
Lalu menjadi seseorang yang tidak terikat oleh keinginan?
Ya, sedikit aneh.. Keinginan untuk terbebas dari keinginan, apakah merupakan sebuah keinginan?

Sebagian orang menjadi bingung di tengah malam
Sebagian orang menjadi bingung saat tak ada teman bicara
Sebagian orang menjadi bingung saat diharuskan bercengkerama dengan dirinya sendiri
Mungkin kamu termasuk di antaranya?
Atau mungkin bisa jadi AKU?

Tuesday, February 26, 2013

Wahai Jiwa

wahai jiwa yang rentan,
yang rapuh,
yang mudah terlena oleh nikmat,
dan terluka oleh kesedihan,
apa kau akan terus berkelana
di dunia yang tak kau tau di mana ujungnya?
jika kau lelah
diamlah sejenak
bersandarlah pada angin kala siang
atau pada malam yang gelap
atau pada kabut tebal yang menggumpal di awal pagi
temukan ketenangan air tanpa riak, lihat siapa dirimu
wahai hati yang tidak kekal




segala yang ada dalam jangkauan bukanlah milikmu
di sini bukanlah tempat terakhirmu
janganlah menjunjung tinggi kesenangan
dan janganlah merasa tak beruntung
oleh kesedihan,
derita,
sengsara,
tak bahagia
mereka tak akan lama bersamamu
tak kan lama lagi kau akan terbebas!
wahai jiwa yang fana

wahai jiwa yang rentan,
yang rapuh,
kau telah hadir cukup lama
sebenarnya siapa dirimu?
apa yang kau cari?
ke mana tujuanmu?
demi jiwamu
yang kini fana
demi jiwamu
yang akan jadi kekal
setelah kau serahkan pada suatu ketika
suatu waktu yang rahasia
tapi niscaya
pasti!

Yogyakarta, Februari 2013