Thursday, July 26, 2012

Mom vs. Bigboss!

02:10 AM.

Deg!

Sebuah rentetan peristiwa enggak nyata yang bikin aku bertanya-tanya: separah itukah efek petualanganku sekian tahun di perantauan?

Part I: Bigboss terancam kebangkrutan pada cabangnya yang ada di Sorong. Yaps, Sorong! My hometown! Entah kapan mbangunnya, tau-tau kami sudah punya cabang di sono.
Harus ada yang ke sana buat ngecek langsung. Dan parahnya, Bigboss ngirim Mas Doni dan Mas Thomas buat ke sana. Artikan sendiri, kenapa bukan aku yang dikirim.
Ada semacam catatan tertulis yang kuartikan sebagai isi hati si boss: pantaskah kukirim dua orang naik pesawat ke Sorong dalam keadaan perusahaan yang sulit seperti sekarang? Pantas! Jauh lebih pantas dibanding gulung tikar! Typical pemikiran bossku banget!



Part II: Aku tidur di rumah, dan baru bangun jam 5 pagi, artinya hari ini bakalan terus puasa nggak ya? (kebiasaan jelekku, kalo nggak sahur lantas ragu2 mau puasa, padahal sahur kan sunnah, puasa wajib!).
Untungnya hari cepat berlalu. Maghrib datang, dan di ruang makan nan luas sana, Fuad (yang di episode ini jadi saudara kandungku) sedang menyantap makanan berbuka puasa. Dia menunjukiku satu porsi lagi yang kayaknya emang buatku. Dengan langkah gontai (karena kecewa enggak jadi pulkam ke Sorong), kudekati makanan itu, lalu kusantap bersama saudara kandungku :D.

Fuad ngajak ngobrol tentang singkatan RR yang bermakna ganda: Salah satunya singkatan dari nama warung makanan, dan satunya lagi berarti rupo roto (dia nyinggung seseorang bekas petugas parkir yang menurutnya bermuka rata, padahal menurutku enggak, biasa saja).

Ada pemberitahuan dari bigboss, kalau aku mau ngasih saran2 terkait perjalanan dua rekanku ke Sorong, kirim ke Facebook saja. Lhoh, komunikasi macam apa ini?

Tiba saat makan lagi.. Aku menyantap makanan di dapur. Sayurnya, hm.. Ibu tau betul, kalau aku memang pemakan sayur... Seting dapurnya benar-benar dapur masa kecilku dulu: dengan tiga pintu: pintu di arah utara menuju rumah bibiku, pintu di selatan menuju kamar mandi, dan pintu di arah timur menuju ruang tengah. Ibu muncul dan memberitahuku bahwa masih ada satu menu sayur lagi yang belum kucoba. Kubilang aku sudah cukup kenyang, lihat saja, makananku sudah hampir habis kumakan. Ibu membujukku lagi, entah bagaimana, how come, tiba-tiba saja nasi di piringku tersisa setengah porsi tanpa sayur. Mau nggak mau kuembat juga menu sayur kedua yang ditawarkan ibuku. Ada campuran daun lebar (semacam daun waru).

Tiba-tiba di tempat dudukku yang kupakai buat makan, ibuku mengangsurkan sejumlah lembar uang kertas, kalau enggak salah selembar lima puluh ribuan dan dua puluh ribuan. Aku menatap bingung. Ibu memberi penjelasan: Ayo nak, diambil saja.. Ini sudah prosedur kok... Aku masih ragu-ragu. Prosedur. Ibu meyakinkanku lagi: bukan kamu saja kok yang ibu beri uang, saudaramu Fuad juga sudah ibu berikan jatahnya.

Ada hal-hal yang aneh dalam episode tak nyata kali ini: selain entah bagaimana ceritanya aku jadi bersaudara dengan Fuad (yang baru kukenal di Jogja), ibuku pun juga bukan ibu yang kukenal dulu. Bukan ibu yang melahirkanku dulu. Sosok ibuku ternyata berasal dari tempat dan masa setahun lalu, saat aku dan teman-temanku hidup di dukuh Gambiran untuk kerja KKN. Ibuku adalah ibu salah seorang cewek di desa itu, ibunya Dina. Ibu yang kerja di pabrik bakpia dan waktu itu menjadi satu-satunya ibu-ibu RT yang berhasil membuat tas noken saat kami datangkan tentor dari Papua. Ini, nokennya juga masih kusimpan rapi di back office.

Hm....
Aku punya penafsiran sendiri soal peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi gara-gara aku ketiduran setelah maghriban. Tapi peristiwanya sendiri terjadi jam setengah dua-an loh...

Soundtrack:
Mother, how are you today? - Mayumi Itsuwa.

Tuesday, July 24, 2012

Impian-Impian Kecil dan Impian Besar

2:12 AM.

Cek stok, cek berita, cek status temen2, mbuka status2 lama, nyunting naskah, capek, pegang gitar bentar, liat script, capek, tiup harmonika, hehe....

Siang tadi aku nggak jadi konsultasi ama Pak Jemy. Gak jadi ndapetin pencapaian deh. Padahal tadinya akan ada hal yang keren banget: Ryan udah seminar akhir (tinggal nunggu pendadaran besok), Ayu udah seminar KP tadi pagi, Rini tinggal nunggu format akhir terus seminar akhir juga, bentar lagi Fatim seminar KP (kalo dikerjain sih :P), terus Ika juga seminar akhir. Aan kayaknya juga tinggal ngajuin judul aja (nunggu peningkatan akreditasi dulu sih katanya).
Kalo aku sendiri, memulai konsultasi adalah sebuah pencapaian besar! Bayangin, seminar judul bulan Februari, keluar SK baru bulan Mei, dan sampe sekarang masih jalan di tempat. Kalo misalnya bulan depan selesai, prestasi besar men! Mengalahkan rasa malas, hehe....

Aku tau, suatu ketika ini semua bakal kutinggalin, cepat atau lambat....
Aku tau banget!
Aku pengen ngejadiin ini semua jadi berarti buatku, dan buat orang-orang terdekatku!

Pernah nonton BucketList yang dibintangin Morgan Freeman?
Film ini nyeritain dua bapak-bapak yang jadi sobat gara2 sama "nunggu waktu". Kenalnya pas sama-sama menjalani kemo.
Tokoh yang diperanin Morgan ngerasa bakalan pergi nggak lama lagi, beliau mbikin list hal-hal yang harus dilakukan sebelum mati, dan setelah itu semua hal rasanya makin keren buat dijalanin, hehe...
Bagus juga.

Aku juga jadi pengen nih ngelakuin hal-hal bagus buat temen-temen... Paling enggak, selagi aku masih di sini:
- Pengen nraktir temen-temen deket yang jumlahnya minimal 10 orang
- Pengen karaokean rame-rame
- Pengen mbikin kaos Ikimono Gakari dua buah, satunya buat Ayu :D
- Pengen beli gitar akustik satu lagi, buat Ryan

Jangan-jangan ntar-ntar bakalan nambah tuh daftar keinginan, hehe....
Namanya juga cuman angan-angan. Saat ini aku cuman pengen mimpi yang kecil-kecil. Bukan berarti aku nggak berani punya mimpi yang gede. Cuman kalo aku bisa ngelakuin hal-hal kecil yang bisa bikin temen-temen hepi, menurutku barulah aku pantes jadi orang besar yang dicintai banyak orang.
Kalo soal impian-impian yang lebih tinggi, jelas aku punya. Millie aja di film Jumper juga bilang, "kalo punya impian, sebaiknya yang besar" :D

Ngomong-ngomong, bentar lagi waktu sahur. Berburu makanan dolo, sebelum ngantri :D

Thursday, July 19, 2012

Surat Buat My-X

Dear my X..
Apa kabar..? Pastinya baik2 saja kan...  Moga2 kamu tambah oke, tambah manis, tambah baik hati, dan selalu memberi yang terbaik untuk orang-orang yang kamu cintai..

My X..
Tak terasa ya, sudah setahun lewat sejak hari bersejarah itu.. Hari di mana kamu membuat keputusan yang tepat untuk dirimu. Hari di mana kamu mulai menemukan kebahagiaan untuk dirimu, dan dia, hehe...

Ternyata sudah setahun!.

Waktu memang berlalu begitu cepat bagi orang-orang yang sibuk, dan orang-orang yang bahagia tentunya.
Sudah banyak hal yang aku lewati. Selain rutinitas yang kadang-kadang menyebalkan (tapi memang itulah interest dab garis hidupku), juga hal-hal baru yang terus coba kuambil sebagai pengalaman baru. Hidup bermasyarakat di desa, berpindah-pindah tempat tinggal, keluar masuk beberapa band, jadi asdos, ngisi acara nikahan, dan "paling parah" adalah ngamen rame-rame, haha... Tak dinyana tak disangka, ternyata jadi penghibur bukan perkara mudah. Harus siap trik dan strategi, kekompakan, dan tentu saja nyali untuk direndahkan dan dicaci-maki!
Hal terakhir yang akhirnya benar-benar kulakukan adalah membuat karya untuk diriku sendiri. Karya terakhir yang harus kubuat supaya aku lulus di umur segini: skripsi!
Rutinitas dan percobaan-percobaan baru yang tentu saja kulakukan demi diriku sendiri. Tapi, di balik itu, jujur saja, di dalam diriku aku juga melakukan hal-hal itu masih untuk kamu. Entah sebagai upaya mengukir kenangan, pembuktian, pelampiasan, atau malah pelarian diri dari kenyataan.

Ya.
Kutulis beberapa lagu yang nyawanya masih berisi tentang kamu, tentang kita.
Jauh di dalam hati, aku memang tetap menyimpan satu ruangan yang terkunci rapat. Ruangan yang di sana kusimpan namamu, dan semua kenangan soal kamu. Ruangan yang tak akan bisa diisi oleh siapapun. Kamu memang my X yang paling berkesan. Kamu pernah melontarkan kritikan saat kuungkap mengenai "milikku yang paling berkesan": "jangan-jangan karena sekarang kita sedang menjalaninya, maka kamu menganggap aku yang terbaik, kan biasanya begitu". Aku enggak setuju!
Yah, memang sih, aku juga beberapa kali mencoba ikatan-ikatan baru. Sekedar senang-senang, atau coba-coba untuk nyari pengganti kamu. Tapi tetap saja, hehe...

Tapi aku tahu kok, saat ini kamu sudah memiliki kebahagiaan yang sempurna. Satu tahun kamu jalani bersama dia, tentunya sudah membuktikan bahwa kalian lebih unggul dibanding kita. Dan sekarang aku pun bisa tersenyum mengingat bahwa kamu sudah berada pada titik terakhir yang bikin kamu happy.
Ya, aku senang saat kamu senang. Bukankah seharusnya begitu?

Dear my x..
Satu hal yang aku tahu sudah kamu ketahui sejak lama, dan aku ingin kamu mengingatnya lagi. Semua ini akan ada akhirnya. Aku tak ingin kamu bahagia di sini, tapi tidak beruntung di hari kemudian. Dua hari yang lalu, aku bermimpi melihatmu mati di depan mataku, dan kejadian itu terjadi setelah kita berdua melakukan hal bodoh. Gila kan? Hehe... Aku jadi ingat, bahwa dulu aku sering dikejar rasa bersalah saat bersama kamu. Dan kini aku makin yakin, bahwa perpisahan kita dulu adalah hal terbaik yang sudah digariskan untuk kita.

Dear my x..
Kamu punya banyak hal yang tidak dimiliki oleh orang lain, dan bahkan olehku. Aku tahu, suatu hari kamu akan bisa menggunakan kecerdasanmu untuk bisa melalui semua cobaan berupa nikmat hidup, dan akan kau temukan jalan terbaik untuk dirimu sendiri.
Janganlah lagi kamu terus mengulangi kesalahan yang terus kamu lakukan seumur hidupmu, melupakan hal-hal penting untuk kesenangan-kesenangan sesaat. Kamu harus menemukan cara yang lebih baik dalam mensyukuri semua anugerah yang kamu dapatkan dari Dia, The Who!.
Aku benar-benar ingin hal yang baik dan lebih baik selalu kamu dapatkan.
Aku tahu, aku enggak mungkin lagi untuk menemuimu dalam kondisi kita yang sekarang, jadi yang bisa kulakukan hanyalah berharap semoga kamu bisa membaca suratku ini lalu memahami maksud baikku.

Tapi, terlepas dari semua harapan dan keinginanku buatmu, aku tetap senang dengan hal-hal apa yang membuatmu senang.

19 Juli 2012, di Jogja yang keren.
Teriring salam sayang untuk kamu.

Your happy X.
Selamat menunaikan ibadah puasa, sehari lagi.

Wednesday, July 4, 2012

Keuntungan Maenin harmonika

pic from: http://vanautis.multiply.com/journal/item/42

Hey bloggy..

Udah 3 hari nih aku punya hobi baru: maenin harmonika! Yah, biarpun cuman harmonika tremolo...
Bukannya tanpa alasan, kalo tau2 seneng ama harmonika, gilak tuh namanya :P

Aslinya aku pengen banget belajar maenin biola, instrumen melodis yang menurutku paling melankolis sekaligus sexy! Cuman selain harganya mahal, saat megang punya temen pun menurutku sulit banget nyesuaiin badan ama alat musik baru itu. Aku udah nyoba beberapa kali. Pokoknya belajar biola itu perjuangannya berat lah, nggak sepadan! Seenggak-enggaknya buat saat ini, gak tau juga kalo ntar-ntar bakalan ketemu lagi :D.

Akhirnya, waktu minggu lalu di kosnya Ryan, Ayu mamerin video live-nya Ikimono Gakari yang lagi konser pake harmonika, jadi kepikiran nih buat belajar. Yay, honor nikahan keluar, beli deh, hehe.. Lagian, selain simpel dan bisa masuk kantong celana dan bisa dibawa kemana-mana, musisi-musisi keren juga pake harmonika kok! Iwan Fals aja pake, hehe.

Nah, setelah coba maenin 3 hari ini, aku nemu efek-efek positif nih dari hobi baru ini:
Yang pertama, jadi makin concern ama kebersihan. Abis makan langsung berkumur n gosok gigi, bangun tidur dan mau pergi kemana-mana gosok gigi. Bahkan kebiasaan para "penderita paranoid" pun juga aku ikutin: pake obat kumur antiseptik dan bawa saputangan sebagai pelengkap harmonika, haha, wtf!
Yang kedua, ide-ide produktif mengalir terus, soalnya misale lagi mentok dikit aja, langsung comot harmonika di meja, dapet deh ide... Hehe
Yang ketiga, ga ada alasan buat ngelamun or mikir mesum. Lha jelas! Nganggur dikit aja langsung nyamber harmonika dan tiup tet-tet-tet... Tidur pun sekarang nggak gampang, musti konsentrasi dulu, hahaha!
Yang keempat nih, aku punya sudut pandang baru soal ngarang lirik dan notasi. Kalo kamu pernah coba maenin beberapa alat musik, kamu pasti tau bahwa notasi lagu yang dibikin pake gitar akan beda kalo dibikin pake piano ato alat musik lain. Nah, begitu juga dengan harmonika ini..
Yang kelima, sadar nggak sadar, harmonika ini bener-bener membawa jiwa periang dan positif. Yang ini enggak bisa dijelasin dengan mudah. Pokoknya coba aja maenin harmonika selama 3 hari, hehe... Dilarang sebut merk..

Konon, musisi sejati bisa menyesuaikan diri dengan jenis alat musik apapun dan gak pake lama. Josss....
Yang bikin aku bangga dan bersyukur ama aliran darah musik ini, menurutku Tuhan yang maha baik udah menurunkan banyak keindahan, dan 90 persennya emang dimiliki para musisi. Cheers....