Friday, November 16, 2012

Doa Ribuan Tahun!

Khatib mengingatkanku dan para jama'ah, bahwa dulu, nenek moyang kita, adam-hawa pernah tertipu iblis dan memakan buah khuldi! Dalam hal ini sih aku nggak pengen nyalahin iblisnya, karena emang itu kerjaan dia, tapi aku nyalahin manusianya, yang begitu lemah dan bisa ditipu!

Waktu sadar dan meminta ampun, mereka berdo'a, robbanaa dhollamnaa anfusanaa wa-illam taghfir lamaa, lana kuunanna minal khoosiriin.
Sebuah pengakuan atas kelemahan diri, atas kekhilafan, dan doa ini sudah berumur ribuan tahun atau mungkin jutaan tahun. Entahlah. bahkan sejarawan pun menurutku tidak akan tahu jumlah pastinya berapa lama manusia tinggal di bumi sejak zaman Adam.

Yang jadi point ingatanku adalah, betapa beruntungnya aku, kami, sejak kecil orang tua sudah mengajari kami doa yang berumur ribuan tahun itu. Meskipun belakangan ini aku sering berdoa secukupnya (sok iyes, merasa gak perlu, oopsss :D), tapi aku tau pentingnya doa ini, dan mulai sekarang, aku janji akan lebih sering menyertakan doa suci ini bersama doa-doa lain.
Aku akan lebih sering berdoa!

Kita sudah diperintah untuk sering berdoa kan?.
Berdoalah, maka akan kukabulkan!
begitu firman Allah dulu.
Meskipun ada beberapa pihak yang membandingkan hobi berdoa para muslim dengan hobi berdoa kaum lain dan mengkritik sukanya kok minta melulu, bukannya bersyukur dan berterima kasih!
Mereka pasti enggak tau, bahwa dalam tata cara berdoa, ada urutan-urutan sopan santun, seperti hamdalah atau ungkapan syukur diucapkan paling pertama, lalu sholawat atau ungkapan terimakasih kepada rasul karena dipandu jalan terang, lalu barulah permintaan-permintaan. Ya.. Kita semua harus meminta. Kita bukan manusia super. Kita lemah, dan kita perlu dukungan kekuatan tersembunyi yang tak terbatas! Keyakinan kita akan mengantarkan kita ke tempat yang kita inginkan!

Selamat berdoa!

Dunia Mimpi dan Pemahaman Diri Sendiri!

Suatu ketika nanti, kalau saatnya tiba, saya akan meluncurkan blog saya yang berisi petualangan di dunia mimpi. What?!

Hahhaa.. Saya percaya, pasti banyak yang bertanya-tanya, betapa seringnya saya hidup di dunia mimpi, dan didokumentasikan pula!
Oke!
Dunia mimpi. Dunia yang tercipta waktu kita tidur. Tidak ada yang salah dengan itu. Manusia perlu tidur 6 hingga 8 jam sehari. Meskipun, ya, dalam tempo beberapa jam itu enggak semua mimpi dapat diingat, tapi kalian harus ingat: satuan waktu di dunia mimpi beda dengan dunia nyata. Kejadian bertahun-tahun di dunia mimpi mungkin saja terjadi dalam tidur yang hanya dua jam setelah solat subuh. Ajaib kan?

Sebenarnya saya cuma mau membela diri, tidak benar bahwa saya tukang tidur, wakwkawka...
Saya memegang prinsip, kalau mau hidup kita asik, semua hal yang kita lakukan harus kita sukai, dan ambil hal-hal kerennya!

Percayalah, bahwa saat buang air besar pun saya justru mendapat banyak inspirasi soal lirik lagu, notasi, atau  algoritma dari masalah rumit yang enggak juga saya dapatkan saat di depan komputer. Jadi, enggak ada yang namanya kerjaan sia-sia, termasuk boker dan tidur!
Semua yang ada manfaatnya perlu di-share!

Hm.. Kalau soal mimpi, konon mimpi itu aktivitas bawah sadar. Apa yang tidak bisa kita lakukan dengan kesadaran otak dan hanya bisa terjadi di alam bawah sadar bisa terjadi di alam mimpi, dan itu sedikit-banyak bisa mencerminkan kondisi mental kita: perasaan, keinginan, obsesi, jadi pasti ada gunanya! Kalau soal tafsir mimpi dan lain-lainnya, saya juga percaya! Di jaman dulu, nabi Yusuf sangat ahli menafsirkan mimpi dengan akurat! Di jaman Rasulullah juga diceritakan kejadian-kejadian tafsir mimpi. Makin ke sini, mimpi makin sombolis memang.

Jadi, kalau kita mendokumentasikan peristiwa-peristiwa mimpi kita lalu suatu hari membacanya lagi, bisa jadi itu membantu kita memahami diri kita sendiri! Beneraannn..  Hehe..

Oke dah.. Kalau kalian ingin lihat blog dunia mimpi saya, silahkan ke http://dream-daily-watch.blogspot.com. Ada peristiwa-peristiwa yang lucu, keren, spektakuler, sampai hal-hal yang mengerikan dan hal-hal yang enggak nyambung! Semua saya anggap menyenangkan dan patut dibaca, minimal oleh saya sendiri! Hehe..

Oke. Selamatd atang di dunia mimpi, jembatan anda untuk lebih memahami kondisi alam bawah sadar anda!

Judging By Cover

Jaman sudah modern, tapi menurut saya, orang-orang di sekitar kita (bahkan di Jogja sekalipun) masih banyak yang menilai kepribadian seseorang dari penampilan.

Saya punya sedikit cerita nih..

Saya dibantu temen-temen lagi nyari kos di daerah selatan Jogja. Setelah puter sana-puter sini dan selalu enggak kebagian tempat, saya mendapat saran rumah kos di gang Pandu. Ada rumah kompleks kos-kosan dengan banyak kamar.
Waktu kami masuk, kami disambut bapak-bapak berusia tua, mungkin sekitar 70 atau 80an tahun.
Melihat ada beberapa cowok-cewek berdiri di depannya, beliau menanyakan, siapa yang hendak cari kamar kos? Waktu tau saya yang nyari, si bapak memandangi saya beberapa saat (dari rambut hingga kaki), lalu setelah itu bertanya kuliah di mana, asal dari mana, etcetera, dan setelah itu barulah beliau bilang "maaf, tidak ada kamar kosong", hehe..

Bukan hendak berburuk sangka. Tapi kalau kamar kosong, akan langsung dikatakan di awal bahwa kamar kosong. Nyatanya pemilik rumah menemukan pria muda dengan penampilan acakadut, rambut gondrong tidak disisir, berkaos oblong, dan sehingga dengan amat sangat terpaksa dikatakannya bahwa tidak ada kamar kosong. Joss!

Saya belum lulus sarjana, dan di sela-sela waktu bekerja dan ngurusin skripsi, saya bantu-bantu memandu praktikum di lab kampus (kelas reguler dan kelas paralel).
Yang paling menyenangkan adalah memandu kelas paralel (kelas malam), anak-anaknya interaktif meskipun tidak sebanyak kelas reguler. Dari mereka saya sering dapat masukan mengenai cara penyampaian materi yang lebih baik lagi.
Suatu kali, saya langsung pulang setelah praktikum kelas paralel. Di parkiran lantai bawah, salah seorang praktikan terpana melihat saya menggenjot dan melaju dengan sepeda menuju pintu keluar. Kok cuma pakai sepeda mas? Mungkin ekspektasinya adalah saya seorang pengajar yang terlalu keren untuk pake sepeda, hahaha.

Belum lama saya membuka rekening di bank swasta untuk urusan transfer gaji. Melihat saya datang dengan sepeda, satpam penjaga pintu depan terbelalak lalu tersenyum dengan ekspresi tidak biasa. Irregular smile! Hehe.. Mungkin aneh, seorang penunggang sepeda berambut gondrong sebahu, acak-acakan, datang ke bank swasta.
Cewek front-liner menjelaskan satu-persatu mengenai layanan yang bisa diambil sebagai nasabah, jarang sekali menunjukkan keramahan dan kehangatan, dan step-step berikutnya lebih mirip sebuah transaksi jual-beli biasa. Ternyata ada ya, neraka berbentuk lembaga financial!
Saya berusaha introspeksi sambil tetap duduk mengawasi si cewek memasukkan aplikasi saya ke komputer.
Ya. Seorang cowok berrambut gondrong tidak teratur, pakai kemeja panjang tapi dilipat hingga siku, dan di pergelangan tanggannya bukannya jam tangan, tapi karet gelang yang sewaktu-waktu dipakai buat mengikat rambut ikalnya. Walaah.. Pantessss, saya dilayani dengan setengah hati. Pasti dia risih! Wakakakaa....
Ini jauh berbeda dengan keadaan dua tahun lalu saat saya datang dengan tujuan yang sama, di bank yang sama, acara yang sama, dengan pelayanan yang penuh kehangatan dan canda tawa. Tentu saja dengan front-liner yang lain, dan tampilan saya yang jauh lebih baik. Karena saya pernah menjadi orang yang mungkin berbeda di mata orang: rapi, sopan, jaim.. Ihik ihik...!

Meskipun saya lebih sering memegang prinsip cuek, apapun yang orang lakukan asal tidak merugikan saya, saya akan tutup mata, tapi kali ini saya sampai pada suatu kesimpulan, bahwa pepatah "kamu dinilai bukan dari wajahmu, pakaianmu, penampilanmu" adalah pepatah yang lebih sering salah!
Lagian, saya nggak cuek-cuek amat. Meskipun males ngerawat rambut (saya memang tidak mau motongnya), tapi saya tetap pakai kemeja untuk acara-acara formal, bahkan kadang pakai jas casual, saya juga tidak punya hal-hal aneh seperti bertato, bertindik, dan saya selalu bersikap ramah, murah senyum, baik hati, dan gemar menabung (buktinya abis buka rekening), wakwkakwa....

Saya berpikir: alangkah indahnya jika semua orang menjadi dirinya sendiri, apa adanya, dalam artian yang positif tentunya. Semua orang tidak berusaha menjadi orang lain agar diterima. Orisinalitas dipertahankan, karena setiap pribadi adalah unik! Bikin dunia penuh warna.
Nggak kebayang kalau di bumi ini semua pria harus berambut cepak, pakai kemeja kaku atau ditambah dasi, sepatu pantofel yang bikin kurang gesit, wanita harus pakai sweater dan sepatu hak tinggi, dan lain-lain. See? Everone looks the same! Membosankan! :P

Yah... Namanya juga intermezo... Jangan dianggap serius... Yang jelas pelangi tetap lebih indah dibanding hitam putih. Menurut saya looo :P